Lelaki Yang di Khianati Bangsa Sendiri

Matahari sudah agak tinggi namun udara masih sejuk. Kupeluk guling dan coba mengacuhkan waktu. Berharap mimpi yang semalam singgah kembali hadir pagi ini. Tapi mata ini tak bisa kuajak kompromi. Segera kubangkit dan membuat secangkir kopi. Baru aku ingat aku kehabisan gula. Dengan sedikit berbasa-basi, aku ngutang diwarung tetangga. Kebetulan orangnya baik. Aku pun bisa menyambut pagi ini dengan aroma kopi. Sambil duduk diba\eranda depan, aku baca berita di Koran pagi ini. Siapa tahu ada lowongan kerja, pikirku.

Terus kutelusuri halaman demi halaman sambil terus berharap ada kesempatan kerja. Tiba-tiba mulutku tersenyum, harapanku timbul lagi ketika kutemukan sebuah iklan yang membutuhkan tenaga kerja. Semua syarat yang diminta rasanya bisa kupenuhi. Hanya sial, ya sial sekali, karena surat kabar tersebut ternyata sudah terbit sebulan yang lalu.

Beginilah nasib seseorang penggangguran. Tak pernah dipusingkan oleh kemacetan dan hiruk-pikuknya kota besar. Karena kerjaku hanya bengong, ya bengong. Seperti pagi ini aku pun kembali bengong. Terkadang lucu juga. Tapi lama-lama aku sadar hidup mengganggur seperti ini tidak lucu, malah membosankan. Lalu kuputuskan untuk mencari kerja. Itulah kenapa setiap hari aku selalu bangun pagi, tidak lain hanya untukmelihat kalau-kalau ada lowongan kerja di Koran.

Dan pagi berikutnya, aku telah sibuk dengan membuka halaman demi halaman. Namun tak juga ada lowongan. Hanya saja ada satu berita yang menyentak sekaligus membuatku sewot setengah mati. Dikoran tersebut kubaca berita tentang impor mobil-mobil mewah sementara tertera indeks rupiah yang belum berubah. Ini pasti gila, pikirku. Edan! Ditengah kesengsaraan seperti ini kok masih ada orang yang sempat berfoya-foya. Akalku tak dapat menerima. Sementara makian ‘Gila !’ terus keluar dari mulutku.

Menurutku ini benar-benar nggak lucu. Aku memang hanya pengangguran, namun aku tidak terlalu dungu. Aku masih bisa beropini kalau semua ini sama sekali tidak sendiri Ada berjuta-juta penganggur di negeri ini. Sehingga wajar saja jika aku sakit hati. Lha kami yang jumlahnya berjuta-juta ini untuk mendapatkan kesempatan kerja saja sulitnya bukan main, kok mereka yang sudah mapan malah semakin ditimang. Ataukah memang sudah takdir kami untuk selalu menjadi yang dianggurkan, ditendang, lalu dibiarkan terkapar?

Ironisnya, kita selalu dinasehati oleh para penguasa negeri kita untuk mengetatkan ikat pinggang. Aku hanya tertawa. Sebab apalagi yang perlu di ketatkan kalau jatah makanku saja sudah benar-benar membuatku jengah. Dan sadar atau tidak, impor mobil-mobil mewah itu semakin memperdalam jurang social yang memang sudah dalam. Sebagai penganggur yang juga anak bangsa, aku merasa telah di khianati oleh bangsaku sendiri dan berita mobil mewah itu, kopiku menjadi dingin sehingga terpaksa aku ngutang gula lagi tapi kali ini terpaksa ngutang dengan kopinya juga. Malu aku???!!@#


Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Lelaki Yang di Khianati Bangsa Sendiri"

Posting Komentar

Komentarmu, semangat Blogku...